Jumat, 23 Mei 2014

Makalah Teori Positivisme

Teori positivisme







Sebagai Tugas Kelompok
Teori Sosial Budaya
Drs.Budiaman
PENDIDIKAN IPS REG 2012
FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA





Kata Pengantar

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan tugas mata kuliah Teori Sosial Budaya ini.  
Melalui makalah ini, kami menyampaikan hasil diskusi, menganalisa serta pencarian dari berbagai sumber informasi yang telah kami susun sebaik dan sesistematis mungkin.
Dalam penulisan makalah ini, kami merasa masih banyak kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang kami miliki. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat kami harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini.

Jakarta,  September 2013














Bab I
Pendahuluan

A.    Latar Belakang

Abad ke-19 merupakan abad yang sangat di pengaruhi oleh filsafat  positivisme, hal ini terbukti dengan pengaruh perkembangan ilmu pengetahuan pada saat itu. Oleh karena itu dalam sejarah filsafat barat, abad ke-19 merupaka “abad positivisme”, suatu abad yang ditandai dengan peranan yang sangat menentukan pikiran-pikiran ilmiah, atau yang disebut ilmu pengetahuan modern. Kebenaran dan kenyataan filsavat diukur menurut nilai positivistiknya,sedang perhatian orang kepada filsafatnya lebih ditekankan kepada segi-segi praktisnya bagi tingkah laku dan perbuatan manusia.
Auguste Comte, atau nama lengkapnya ISIDORE AUGUSTE MARIE FRANCOIS XAVIER COMTE (1798-1857), pendiri aliran positivisme, telah menampilkan ajaranya yang paling terkenal yaitu hukum tiga tahap (law of three stages). Melalui hukum inilah ia menyatakan bahwa sejarah umat manusia, baik secara individual maupun secara keseluruhan, telah berkembang menjadi tiga tahap yaitu, tahap teologi atau fiktif, tahap metafisik atau abstrak, dan tahap poisitf atau ilmiah atau riel. Secara eksplisit August Comte menegaskan bahwa istilah positif adalah aliran filsafat yang dibentuk sebagai sesuatu yang nyata,pasti, jelas, bermanfaat, dan segala sesuatu yang berlawanan dengan negatif.

B.     Rumusan Masalah

1)      Hukum tiga tahap (law of three stages)
2)      Penggolongan (klasifikasi) ilmu pengetahuan
3)      Pengertian filsafati tentang istilah positif
4)      Ajaran Statistika dan dinamika sosial dan ruang lingkup filsafat positivisme Auguste Comte
5)      Penilain (evaluasi) terhadap filsafat positivisme Auguste Comte
6)      Pengaruh filsafat Positivisme Auguste Comte terhadap keadaan saat ini
7)      Pandangan Positivisme dan Pembangunan di Indonesia

C.    Tujuan Penulisan

-          Untuk memahami apa itu teori positiviseme.
-          Untuk memahami pemikiran Auguste Comte.






















Bab II
      Pembahasan


A.    Hukum Tiga Tahap

Hukum tiga tahap merupakan unsur pokok dalam filsafat positivisme Auguste Comte,karena dalam hukum ini tercermin makna, serta filsafat seluruh pandanganya. Dalam karyanya yang berjudul Discours sur I’esprit positif, hukum tiga tahap yang telah dikemukakan dalam karya utamanya Course de Philosophie Postive secara lebih rinci diterangkan, antara lain sebagai berikut:
Bahwa sejarah umat manusia, juga jiwa manusia, baik secara individual maupun secara keseluruhan, berkembang menurut tiga tahap, yaitu tahap teologi atau fiktif, tahap metafisik atau abstrak, dan tahap positiv atau riel. Adapaun masing-masing tahap tersebut, ia gambarkan sebagai berikut:

·         Tahap Teologi atau Fiktif

Tahap ini merupaka tahap pertama dari awal setiap perkembangan jiwa atau masyarakat. Dalam tahap ini manusia selalu ingin menemukan sebab pertama dan tujuan akhir segala sesuatu yang ada. Karena itu, dalam tahap ini, manusia selalu mempertanyakan hal yang paling sukar, sejalan dengan tingkah laku dan perbuatanya, yang karena pada intuisinya hal yang paling sukar tadi harus dapat diketahui dan dikenalnya.
Menurut Auguste Comte, tahap teologi ini tidak akan muncul begitu saja, melainkan didahului pula oleh suatu perkembangan secara bertahap,yaitu tahap:
-          Fetiyisme, suatu bentuk kehidupan masyarakat yang didasari oleh pemikiran-pemikiran yang mempunyai anggapan, bahwa segala sesuatu yang dikelilingi manusia mempunyai suasana kehidupan seperti manusia itu sendiri. Adapun yang dimaksud dengan segala sesuatu itu adalah benda-benda alam seperti gunung, laut,pohon,batu, dan lain-lain.
-          Politiesme, suatu bentuk kehidupan masyarakat yang didasari oleh pemikiran-pemikiran yang mempunyai anggapan atau daya pengaruh atau kekuatan tidak lagi berasal dari benda-benda yang berada disekeliling manusia, melainkan berasal dari sekeliling manusia yang tidak kelihatan yang berada disekitar manusia.
-          Monoteisme, suatu bentuk kehidupan masyarakat yang didasari oleh pemikiran-pemikiran yang mempunyai anggapan bahwa kekuatan penentu tidak lagi berasal dari dewa-dewa yang menguasai dan mengatur benda-benda dan gejala alam, melainkan berasal dari kekuatan mutlak,absolut, yaitu Tuhan Yang Maha Esa.

Baik fetisyisme dan politeisme akan berkembang dalam suatu masyarakat yang masih terisolir dan masih percaya pada kekuatan-kekuatan gaib yang menguasai suatu kehidupan masyarakat. Fetisyisme dan Politeisme dapat berkembang dalam manusia primitif, suatu masyarakat yang menempatkan subyek (manusia) menjadi satu dengan obyeknya (segala sesuatu ada yang lain), sehingga subyek tidak memiliki identitas sendiri. Dalam bentuk monoteisme mite-mite tersebut berubah menjadi dogma-dogma agama, dan bersamaan dengan itu , dan saat itu masyarakat berkembang menjadi masyarakat yang diperintah oleh raja, yang menyatakan sebagai wakil dari tuhan yang ada di dunia ini, selain lahirnya para rokhaniawan yang berfungsi sebagai penterjemah dan perantara dengan tuhan, sebagai yang ditentukan dengan dogma-dogma agama.

Pada bentuk monoteisme ini, tahap teologi atau fiktif akan datang pada saat keakhiranya,suatu tahap yang menurut Auguste Comte digambarkan sebagai tahap klasik,atau tahap kuno, yang ditandai dengan adanya para raja dan para rokhaniawan, diatas susunan masyarakat yang bersifar militer.

·         Tahap Metafisik atau Abstrak

Dengan berakhirnya tahap monoteisme, maka berakhirlah tahap teologi atau fiktif, ini disebabkan karena manusia merubah cara berfikirnya, dalam usaha dalam mencari jawaban yang berkaitan dengan gejala-gejala alam.

Dogma-dogma agama sudah mulai ditinggalkan, kemampuan akal budi mulai dikembangkan. Tahap metafisik menurut Auguste Comte adalah tahap peralihan. Sebagaimana yang pernah dialami oleh manusia yaitu proses perkembangan dari anak-anak hingga dewasa,harus melalui massa remaja, sehingga tahap metafisik dalam perkembangan jiwa manusia mengantarkan jiwa manusia itu sendiri menuju perkembangan yang paling akhir.
Auguste Comte menyatakan bahwa di dalam penelitian sejarah perkembangan ilmu pengetahuan, biasanya kita hanya berhenti pada politiesme saja, sehingga kita berfikir bahwa tahap metafisik ini adalah sama tujuanya dengan teologi. Menurut Auguste Comte, sejarah perkembangan umat manusia, apa yang dimaksud dengan tahap metafisik, adalah tahap ketika manusia datang pada zaman pertengahan dan Renaissance. Apabila pada tahap teologi, kesatuan keluarga merupakan unsur dasar kehidupan bermasyarakat, maka dalam tahap metafisik, negaralah yang merupakan dasarnya. Dalam tahap ini, pemikiran manusia sebagai subyek, tidak lagi diarahkan kepada “bahwa” barang sesuatu itu ada, melainkan diarahkan kepada “apanya” barang sesuatu. Bukan lagi kekuatan magic yang menentukan, melainkan analisis fikir yang menemukan hakikat sehingga “ditemukan” adanya tingkatan atau urutan yang “ada”. Dibedakan antara “ada” natural dan “ada” supranatural, dunia fisik dan metafisik.

·         Tahap Positif atau Riel

Auguste Comte menerangkan lebih lanjut, bahwa perkembangan dalam jiwa manusia, pada suatu batas manusia tidak lagi puas pada hal-hal yang bersifat abstrak. Orang tidak lagi berkepentingan dengan hal yang pertama dan tujuan akhir, dan manusia lebih dekat dengan gejala-gejala yang dapat diterangkan secara hukum-hukum umum yang bersifat deskriptif, seperti misalnya hukum gravitasi atau ilmu bumi lainya. Pada saat perkembangan jiwa manusia sudah mencapai akhir, yaitu tahap positif atau riel. Di atas pandangan ilmiah yang matang. Dan inilah tahap pembebasan yang sebenarnya, yang tidak perlu lagi bergantung pada tahap kodrati atau metafisik, yang kesemua itu tidak bisa dibuktikan secara nyata, sebagaimana dituntut secara indrawi. Dengan menjadi matangnya jiwa manusia, maka manusia tidak lagi merasa “tertolong”, oleh pengetahuan yang abstrak, dan sesuatu yang bersifat mutlak dan universal.
                        Tahap positif merupakan tahap, dimana jiwa manusia sampai pengetahuan tyang tidak lagi menjadi abstrak, tetapi pasti,jelas, dan bermanfaat. Apabila tahap metafisik tumbuh dan berkembang dalam suatu susunan masyarakat feodal, maka tahap positif ini menurut Auguste Comte merupakan tahap yang ia sendiri harus berusaha untuk ikut membantu mewujudkanya, yaitu suatu tahap dalam kehidupan bermasyarakatnya akan diatur oleh kaum elit dan cendikiawanya dan industrialis, dengan rasa perikemanusiaan sebagai dasar untuk mengatur kehidupan itu.


B.     Penggolongan Ilmu Pengetahuan

Dengan demikian kita akan melihat selain hukum tiga tahap, juga penggolongan ilmu pengetahuan yang diadakan oleh Auguste Comte ini, merupan unsur yang paling penting juga untuk diketahui, dalam kerangka apa arti “perkembangan” menurut Auguste Comte. Auguste comte berpendapat bahwa penggolongan yang iya kemukakan itu adalah hal yang tepat, dan tidak ada kesalahan sebagaiman penggolongan yang pernah ada sebelumnya.
Untuk menggolongkan secara tepat, Auguste Comte membenarkan apa yang telah dilakukan oleh para ahli biologi dan zoologi, yang tanpa bersikap atau mempertimbangkan secara apriori, hal-hal yang dikenakan penggolongan dipelajari terlebih dahulu. Diakui, bahwa untuk mengadakan penggolongan ilmu pengetahuan ini, tidak semudah yang dikirakan, sebab bagaimanapun cara logika kita, kita pergunakan sebaik-baiknya, namun berbagai hal akan ikut tersangkut, sehingga dengan cara apapun kita tidak dapat menghindari lingkaran visius dalam menciptakan penggolongan ilmu sebagaimana yang seharusnya. Hal ini disebabkan karena setiap cabang ilmu dapat diterangkan secara historik dan dogmatik.
Pada dasarnya penggolongan ilmu pengetahuan yang dikemukakan Auguste Comte sejalan dengan sejarah ilmu pengetahuan itu sendiri, yang menunjukan bahwa gejala-gejala dalam ilmu pengetahuan yang paling umum akan tampil terlebih dahulu. Kemudian disusul dengan gejala-gejala ilmu pengetahuan yang semakin lama semakin rumit dan kompleks dan semakin kongkret. Karena itu, dalam penggolongan ilmu pengetahuan, Auguste Comte memulai dengan pengamatan-pengamatan yang paling sederhana, yaitu gejala-gejala yang letaknya paling jauh dari kehidupan sehari-hari. Inilah cara yang paling tepat, karena urutan atau tingkat dalam sifat keserdehanaanya dan keumumanya, menentukan kemudahan yang diperlukan untuk memahami gejala-gejala tersebut.
Dengan mempelajari gejala-gejala yang paling sederhana dan paling umum secara lebih tenang dan rasional, kita akan memperoleh landasan bagi ilmu-ilmu pengetahuan yang saling berkaitan untuk berkembang secara lebih cepat, dan mengakhiri pengamatan gejala-gejala yang langsung berkaitan dengan manusia, maka urutan penggolongan yang dilakukan oleh Auguste Comte itu, pertama-tama ilmu pasti (matematika) yang dikatakan sebagai dasar ilmu pengetahuan. Setelah itu disusul dengan ilmu perbintangan (astronomi), kemudian ilmu alam (fisika), kimia (chemi), ilmu hayat (biologi), ilmu fisika sosial (sosiologi).

Urutan dalam penggolongan ilmu pengetahuan
       I.            Ilmu pasti (Matematika)

Perlu disebutkan bahwa ilmu pasti yang dimaksud oleh Auguste Comte bukanlah matematisme, sebagaimana Rene Descartes dan Imanuel Kant menjadikan matematika itu sebagai bentuk, ke arah mana semua ilmu pengetahaun itu harus dijabarkan. Dengan menggambarkanya pengertian-pengertian ilmiah ke dalam rumus, maka batas-batas antar ilmu pengetahuan akan ditiadakan, sehingga terjadilah semacam ilmu pasti.
Dengan menyatakan bahwa ilmu pasti merupakan ilmu yang mempunyai objek, Auguste Comte menyatakan bahwa ilmu pasti itu selalu beranggapan bahwa semua kuantitas yang dapat ditujukan oleh gejala apapun. Atas dasar inilah, ilmu pasti dijadikan dasar bagi semua ilmu pengetahuan oleh Auguste Comte, karena sifatnya tetap,abstrak dan pasti, melalui apa yang disebut penjianya “calculusnya”.

    II.            Ilmu perbintangan (astrnomi)

Auguste Comte mendefinisikan ilmu perbintangan ini “as the science by swich we discover the laws of the geometrical and mechanical phenomena presented by the heavenly bodies. Sesuai dengan definisi tersebut, dibaginya ilmu perbintangan ini ke dalam “celestial geometry” dan “celestial mechanics” yang kesemuanya itu menerangkan bagaimana bentuk ukuran, kedudukan, serta gerak-gerak benda langit seperti bintang,bumi,bulan, atau planet-planet lain.
Dengan menguraikan doktrin ini, Auguste Comte telah merasa berhasil menunjukan sifat umum ilmu pengetahuan yang sebenarnya merupakan dasar bagi filsafat alam.


 III.            Ilmu alam (fisika)

Sesuai dengan asas yang telah disebutkan tadi, dalam ilmu alam sesuai yang lebih tinggi daripada ilmu perbintangan, maka pengetahuan mengenai benda-benda langit merupakan dasar bagi pemahaman gejala-gejala dunia anorganik. Disini kita berhadapan dengan gejala-gejala yang lebih kompleks, yang kesemuanya itu tidak dapat dipahami, tanpa terlebih dahulu memahami hukum-hukum astronomi.
Melalui “observation by experiment” ilmu alam yang meliputi berat benda (barologi), panas benda (termologi), akustik, optik, dan listrik, oleh Auguste Comte ilmu alam digunakan bukti untuk menunjukan adanya hukum-hukum yang mengatur sifat-sifat umum benda-benda yang dikaitkan dengan massa, yang berada dalam keadaan molekul yang tidak berubah sebagai satu himpunan.

 IV.            Ilmu Kimia

Untuk membuktikan bahwa gejala-gejala yang dihadapi lebih kompleks daripada ilmu alam, Auguste Comte menerangkan bahwa ilmu kimia ada kaitanya dengan ilmu hayat (biologi), bahkan juga dengan sosiologi. Untuk itu pendekatan dengan ilmu ini tidak hanya saja melalui pengamatan (observasi) dan percobaan (eskperimen), melainkan juga dengan perbandingan (komparasi).
Dikatakan bahwa ilmu kimia ini masih dalam proses berkembang, namun demikian iya tidak membenarkan untuk membagi ilmu kimia ini kedalam kimia organik atau kimia anorganik, sebab apa yang terdapat dalam kimia organik menunjukan kenyataan adanya setengah kimia dan setengah fisiologi, sehingga hakikatnya kimia mempunyai sifat “bastard”.

    V.            Ilmu hayat (fisiologi atau biologi)

Pada tingkat penggolongan ilmu ini, apa yang disebut ilmu hayat sudah berhadapan dengan gejala-gejala kehidupan. Unsur-unsurnya lebih kompleks, disertai adanya perubahan –perubahan yang sedemikian rupa, menyebabkan Auguste Comte berpendapat bahwa ilmu hayat ini, jelas dalam perkembanganya belum sampai dalam tahap positif.
Ini berbeda dengan ilmu-ilmu sebelumnya seperti ilmu pasti,ilmu perbintangan, ilmu alam, dan ilmu kimia. Sifatnya yang lebih kompleks mentiadakan harapan bahwa ilmu hayat akan pernah dapat mencapai kesempurnaan yang sebanding dengan bagian-bagian filsafat alam, yang mempunyai sifat lebih sederhana dan lebih umum itu.

 VI.            Fisika Sosial

Dalam urutan yang tertinggi dalam penggolongan ilmu pengetahuan, Auguste Comte menempatkan fisika sosial sebagai ilmu yang harus berhadapan dengan gejala-gejala yang lebih kompleks, paling kongkrit dan khusus, yaitu gejala-gejala yang bersentuhan dengan kehidupan manusia dalam ikatanya dengan suatu kelompok, fisika sosial bukanlah lanjutan dari perkembangan ilmu hayat, karena gejala-gejala yang dihadapi sosiologi itu timbul dari antara individu yang satu dengan individu yang lainya dalama wadah suatu kelompok yang disebut masyarakat.
Bagi Auguste Comte, fisika sosial merupaka suatu bidang yang meliputi tata-pemerintahan negara,etik, dan filsafat sejarah, sedang hukum-hukum yang berlaku dibedakan antara hukum yang statis dan dinamis. Yang statis berkaitan dengan usaha untuk memahami hal-hal yang bersifat umum mengenai keberadaan setiap masyarakat, seperti rasa solidaritas sosial, sedang yang dinamis mengenai yang berkaitan dengan  perkembangan atau perubahan dalam masyarakat.









Tidak ada komentar:

Posting Komentar